Kadang saya ingin menyampaikan opini saya panjang lebar, namun jika saya menulis dalam Bahasa Inggris ada kemungkinan pesan yang saya maksud tidak tersampaikan seluruhnya, maka terpikirlah untuk membuat label ini "Opini Berbahasa Indonesia".
Terinspirasi dari cara ibu saya memperlakukan orang lain, saya sangat ingin beropini mengenai masalah yang satu ini. Saat bertemu dengan orang lain, yang lebih tua, yang seumuran, maupun yang lebih muda seperti teman-teman saya, yang akan ditanyakan ibu biasanya adalah "Sedang sibuk apa nih sekarang?" dan bukannya pertanyaan-pertanyaan tanpa pertimbangan pemikiran seperti "Udah lulus belum kuliahnya?" atau "Udah kerja dimana sekarang?" atau "Gimana udah serius belum sama pacarnya? Kapan nikahnya?"
Mungkin ibu yang dulu juga tidak sebijak sekarang, tapi sejak mengamati sendiri bagaimana saya baru bisa menyelesaikan pendidikan profesi dokter gigi setelah 3 tahun, diawali dengan pendidikan sarjana 4 tahun, dengan total masa studi untuk mendapat gelar drg. sejumlah 7 tahun, waktu yang cukup lebih lama dibanding dengan teman-teman saya yang mungkin di umur seperti saya sekarang sudah menyelesaikan program master, bekerja beberapa tahun, ataupun berkeluarga. Ibu mengamati bahwa hal ini terjadi bukan karena saya malas-malasan, tapi karena memang sistemnya begitu.
Sejak saat itu ibu menjadi lebih bijak, beliau tahu betul bahwa kehidupan ini tidak bisa disama ratakan. Bahwa kita tidak tahu apa yang dilalui orang lain dan bahwa kita bisa berperilaku lebih bijak, mengesampingkan segala stereotype, dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang positif.
Sejak saat itu ibu terbiasa membuka pertanyaan basa-basi dengan pertanyaan "Sedang sibuk apa nih sekarang?" karena dengan positive open question semacam itu, jawabannya bisa beragam dan pasti lawan bicara lebih mudah menjawab, karena dia dapat menjawab mengenai apapun yang sekarang sedang dia gemari. Sedang sibuk traveling, ada project kecil-kecilan membuat start up NGO di bidang literasi berupa donasi buku untuk perpustakaan di daerah terpencil, sampai sedang sibuk les memasak atau sedang fokus kembali meneruskan kursus piano. Semua passion yang sedang membuat hidup si lawan bicara terasa memiliki tujuan bisa jadi jawabannya.
Dari situ percakapan selalu bisa mengalir dengan ritme dan topik yang positif. Tidak hanya mengenai topik pribadi, kadang topik juga berkembang ke general knowledge seperti saat si lawan bicara bercerita tentang kesibukannya belajar diving, tidak terasa topik mengenai kondisi pariwisata dan kebijakan pemerintah di lokasi-lokasi pariwisata Indonesia yang mulai naik daun bisa jadi bahan pembicaraan.
Saya pribadi merasa sangat nyaman jika berada dalam adegan basa-basi (sedikit) berbobot semacam itu. Saya juga tidak menyangka pertanyaan pembuka sesederhana "Sedang sibuk apa nih sekarang?" ternyata jauh lebih considerate terhadap perasaan lawan bicara. Dari ibu saya belajar, lagi dan lagi. Mungkin sudah saatnya kita sadar bahwa basa-basi pun harus menggunakan 100% awareness otak dan hati, bagaimana menciptakan topik yang positif, topik yang tidak membuat lawan bicara tidak nyaman, topik yang jika dikembalikan kepada kita juga akan mudah untuk kita jawab dengan aura positif.
Tentang basa-basi berbobot, bagaimana nih menurut kamu? Atau mungkin ada yang suka kesel juga saat ada yang melontarkan pertanyaan yang kurang considerate? :)
1 comment:
cant agree more Val :)) that's what actually people need to be more considerate. bukanya langsung nembak sama pertanyaan2 yg, well, jadi sounds boring or even offensive.
Post a Comment